Jumat, 09 November 2018

Menelaah Teori Pergeseran Terjemahan (Translation Shift)


“Time travel is impossible.”
(Penjelajahan waktu tidak mungkin dilakukan.)

Siapa bilang kita tidak bisa menjelajahi waktu? Saat ini sudah ada beberapa teori yang terus dikembangkan agar manusia dapat menjelajahi waktu. Berbagai bidang keilmuan dilibatkan untuk memecahkan teka-teki ini mulai dari fisika kuantum hingga filsafat. Eits, tunggu dulu! Bukan perkara itu yang ingin saya bahas dalam tulisan kali ini. Saya ingin kita kembali mengamati dua kalimat pembuka di atas. Keduanya menyampaikan makna yang sama, tetapi dalam dua bahasa yang berbeda serta susunan penyusun kalimat yang berbeda.

Sebelum kita membahas hal ini, perlu diingat bahwa di sini kita tidak membicarakan mengenai benar atau tidaknya terjemahan kalimat di atas, melainkan analisis perubahan tataran struktur gramatika dalam teks sumber (TSu) dan teks sasaran (TSa). Oleh karena itu, contoh TSu dan TSa yang dipilih adalah teks yang menampilkan perbedaan signifikan untuk mempermudah pemahaman kita. Mari kita bongkar perbedaan kedua kalimat di atas:


  1. time travel = penjelajahan waktu; 
  2. time travel dalam bahasa Inggris memiliki struktur gramatika MD (Menerangkan-Diterangkan), sedangkan dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi penjelajahan waktu (DM);
  3. travel (kata kerja yang berfungsi sebagai kata benda) berubah menjadi penjelajahan (kata benda turunan); 
  4. impossible (kata) = tidak mungkin (frasa); 
  5. fungsi kala is menjadi hilang dalam bahasa Indonesia. 
Perubahan yang dijabarkan di atas adalah pergeseran struktur gramatika TSu dan TSa yang menurut teori penerjemahan dikenal sebagai pergeseran terjemahan (translation shift). Secara semantis, makna yang disampaikan tetap sama. Namun, ada perbedaan yang kentara pada tataran sintaksis. Hal inilah yang menjadi fokus pembahasan dalam tulisan kali ini.

Teori pergeseran terjemahan atau translation shift merupakan sebuah teori yang diperkenalkan pertama kali oleh John Catford dalam bukunya A Linguistic Theory of Translation (1965). Catford menjelaskan bahwa suatu perubahan terjadi atau dapat terjadi dalam proses penerjemahan sehingga terbentuk pergesaran tatanan struktur. Hal ini diakibatkan oleh usaha untuk mengejewantahkan perbedaan sistemik antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pada dasarnya, teori ini menyoroti perubahan secara sintaksis dan semantis untuk menghasilkan terjemahan yang berterima dan setara.

John C. Catford (Sumber: University of Michigan)

Catford membagi pergeseran terjemahan ke dalam dua jenis, Level Shift dan Category Shift:

Level Shift
Dalam konsep ini, pergeseran terjemahan terjadi pada tataran gramatika menjadi tataran leksikon dalam bahasa sasaran.
Contoh:

He is watching. – Dia sedang menonton.


Struktur gramatika to be + V-ing dalam bahasa Inggris berubah secara leksikal menjadi sedang dalam bahasa Indonesia.

Category Shift
Pergeseran terjemahan jenis ini terjadi akibat proses penerjemahan secara bebas sehingga tidak terpaku pada ekuivalensi tataran gramatika bahasa sumber dan bahasa sasaran. Penerjemahan dengan metode seperti ini dianggap normal karena fokus utamanya ditujukan pada pantas atau berterimanya suatu teks sasaran bagi penutur bahasa sasaran. Category shift dibagi menjadi beberapa jenis:

Structure shifts
Perubahan struktur gramatika bahasa sumber dengan bahasa sasaran. Catford meyakini bahwa pergeseran struktur gramatika adalah jenis pergeseran terjemahan yang paling sering terjadi karena perubahan dapat terjadi pada semua tataran bahasa.
Contoh: round table (MD) – meja bundar (DM)

Class shifts
Pengalihbahasaan salah satu bagian teks sumber ke dalam teks sasaran pada tingkatan kelas kata yang berbeda, mis. kata kerja diterjemahkan menjadi kata benda.
Contoh:
annual report – laporan tahunan;
annual (adjektif) menjadi tahunan (nomina).

Catford meyakini bahwa pergeseran struktur pasti melibatkan pergeseran kelas. Hal in bisa dibuktikan dengan membandingkan contoh pada pergeseran struktur dan pergeseran kelas yang disajikan di atas.

Unit shifts
Perubahan terjadi pada tingkatan satuan gramatikal bahasa. Misalnya pergeseran dari morfem menjadi kata, kata menjadi frasa, klausa menjadi kalimat, dan sebaliknya.
Contoh:
- impossible (kata) menjadi tidak mungkin (frasa).

Intra-system shifts
Perubahan terjadi secara internal dalam suatu sistem bahasa. Pergeseran yang terjadi di sini berlangsung pada tataran yang tidak saling bersesuaian antara TSu dan TSa walaupun keduanya memiliki sistem yang serupa. Setiap bahasa memiliki sistem pembentukan nomina tersendiri dan ada beberapa bahasa yang menggunakan sistem artikel untuk nominanya. Oleh karena itu, ketika proses penerjemahan dilakukan, ekuivalensi terjemahan pada tataran ini dapat mengalami pergeseran.

Contoh:
- scissors (plural) menjadi gunting (tunggal);
- der Spiegel (berartikel) menjadi cermin (tanpa artikel).

Catford menyebutkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran terjemahan, yakni faktor linguistik dan faktor budaya. Secara linguistik, pergeseran dapat terbentuk akibat pendefinisian benda secara konkret dan pemaknaan kata secara abstrak. Di sisi lain, pergeseran juga terjadi akibat pengaruh budaya ketika suatu komponen bahasa hanya berlaku dan dipahami oleh suatu kelompok penutur yang memiliki kesamaan latar budaya.

Referensi:
Catford, J.C. 1965. A Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University Press;
Stolze, Radegundis. 2018. Übersetzungstheorien: Eine Einführung. Tübingen: Narr Francke Attempto Verlag;
http://www.iosrjournals.org/iosr-jhss/papers/Vol19-issue12/Version-5/F0191253138.pdf

A proficient translator and interpreter fluent in German, English, and Indonesian, specializing in technical content. With meticulous attention to detail, Ano ensures accurate translations and seamless communication, delivering exceptional linguistic solutions for diverse industries.

0 comments:

Posting Komentar

Contact Me

Phone :

+62 812 420 9550

Address :

Kemayoran, Jakarta Pusat
Indonesia

Email :

anojumisa@gmx.de

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman