
 |
Tangkapan layar situs web Retas Budaya: goethe.de/retasbudaya
Festival Retas Budaya merupakan sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh Goethe Institut Indonesia dalam rangka memperkenalkan gagasan mengenai pembebasan data budaya terbuka terutama untuk sektor GLAM. GLAM merupakan singkatan dari Galleries, Libraries, Archives, and Museum atau dalam bahasa Indonesia adalah Galeri, Perpustakaan, Arsip, dan Museum. Kegiatan ini memperkenalkan berbagai inisiatif yang telah populer secara internasional terkait dengan data budaya terbuka, misalnya budaya terbuka, sains warga, transformasi digital di sektor kebudayaan, pemanfaatan data budaya digital, hingga alih wahana data budaya ke dalam berbagai medium baru seperti gim, kolase, audio, dan cerita.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini dilangsungkan secara daring melalui media digital seperti Zoom dan YouTube pada tanggal 6-8 November 2020. Pada awalnya kegiatan ini dicanangkan untuk dilakukan secara langsung dan temu fisik. Namun, sehubungan dengan pandemi Covid-19 pihak penyelenggara harus memutar otak untuk memindahkan medium acara ke platform daring.
Perubahan medium pelaksanaan kegiatan ke dalam platform digital audiovisual seperti Zoom dan YouTube mengharuskan penyediaan fasilitas tambahan guna memastikan kelancaran acara dan transfer informasi. Penyediaan fasilitas penjurubahasaan secara daring dan penyediaan takarir (subtitle) pada beberapa sesi kegiatan yang berlangsung dalam bahasa Inggris merupakan salah dua fasilitas yang dianggap perlu. Saya pada kesempatan ini dipercayakan untuk membuat takarir pada beberapa video sesi kegiatan yang berlangsung dalam bahasa Inggris. Berikut ini adalah beberapa video yang takarirnya telah selesai saya kerjakan dan bisa dimanfaatkan melalui menu subtitle-Indonesian.
|
Opening Speech by Dr. Stefan Dreyer
Ucapan sambutan dari Direktur Goethe Institut Indonesia yang membuka rangkaian kegiatan Festival Retas Budaya. Latar belakang festival ini diadakan terutama dalam kaitannya dengan pengenalan gerakan global baru, GLAM Terbuka, merupakan poin penting yang disampaikan dalam video sambutan ini.
The Future of Open GLAM
Katrin Glinka, seorang ilmuwan budaya dan ahli bidang digital yang dipercaya untuk menyampaikan keynote speech pada pembukaan Festival Retas Budaya. Pembahasan yang diangkat Katrin Glinka berkutat pada isu akses terbuka, data terbuka, dan sumber terbuka. Selain itu, ia juga mengangkat beberapa contoh proyek terkait GLAM yang pernah ditemukannya dan bahkan juga terlibat di dalamnya.
Our Collections Are Online. Now What?
Sesi yang membahas koleksi warisan budaya yang saat ini mulai berpindah medium dari medium fisik yang disimpan di institusi GLAM masing-masing kemudian berpindah ke medium digital seiring dengan perkembangan digitalisasi pada semua sektor kehidupan. Lantas, apabila koleksi warisan budaya sudah tersedia dalam bentuk digital, apa langkah selanjutnya yang harus dilakukan baik oleh pemangku kepentingan di masing-masing institusi maupun pengguna akhir? Sesi ini membahas berbagai peluang yang bisa diterapkan untuk data budaya terbuka digital.
Open Culture and Copyright in Europe
Seiring dengan gerakan keterbukaan yang semakin menjamur pada berbagai sektor kehidupan, persoalan baru muncul ketika data mulai beralih wahana, terutama berkenaan dengan kepemilikan data. Sesi ini membahas mengenai berbagai persoalan yang ditemui terkait dengan hak cipta atas data budaya di Eropa. Berbagai kasus seperti ambiguitas hak cipta hingga fenomena pemanfaatan domain publik dan lisensi terbuka terkait warisan budaya dibahas pada sesi ini. Sebagian kasus bahkan harus berujung di pengadilan tertinggi. Bagaimana ketentuan hak cipta diberlakukan di Eropa jika ditilik dari regulasi yang ditetapkan oleh Uni Eropa hingga regulasi yang berlaku di masing-masing negara anggota menjadi topik utama pada sesi ini.
Citizen Science and GLAM
Sesi ini membahas mengenai aspek lain terkait gerakan keterbukaan dan kolaborasi, yakni Sains Warga. Sains Warga adalah sebuah fenomena baru tempat masyarakat umum bisa mengambil peran langsung pada perkembangan ilmu pengetahuan. Masyarakat tidak lagi dijadikan sebagai penonton, tetapi mereka bisa menjadi pelaku atau peneliti yang melakukan riset sains secara langsung. Sesi ini membicarakan tentang bagaimana kita dapat menciptakan proyek kolaborasi antara institusi GLAM dengan masyarakat umum? Apa saja platform yang bisa digunakan untuk melakukan proyek kolaborasi dengan judul "Sains Warga"? dan bagaimana kesiapan infrastruktur riset di Indonesia dalam menghadapi fenomena sains warga ini?