Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Teori Ekuivalensi dalam Penerjemahan

Teori ekuivalensi merupakan salah satu aspek dalam kajian penerjemahan yang paling banyak dibahas. Banyak ahli yang mencoba mendalami subkajian ini untuk melihat pengaruh kesetaraan dan komparasi makna dalam aktivitas penerjemahan. Mulai dari Vinay dan Darbelnet yang meyakini bahwa ekuivalensi dalam penerjemahan merupakan replikasi situasi yang disampaikan dengan kata-kata yang sepenuhnya berbeda dalam teks sasaran. Diteruskan dengan Roman Jakobson yang memperkenalkan tiga tingkatan ekuivalensi mulai dari tingkatan intralingual yang masih dalam sistem bahasa yang sama seperti metode parafrasa, tingkatan interlingual (antar bahasa), dan intersemiotic (antar sistem semiotika). Selanjutnya, tongkat estafet kajian ekuivalensi penerjemahan dilanjutkan oleh Eugene Nida yang membagi teori ekuivalensi menjadi ekuivalensi formal dan ekuivalensi dinamis. Selain itu, ada juga Catford yang lebih menyoroti aspek linguistik dan memperkenalkan teori pergeseran terjemahan. Juliane House dalam buk

Translation Brief (Übersetzungsauftrag) dalam Penerjemahan

Pengejawantahan teori skopos dalam penerjemahan mengantarkan Christiane Nord, seorang ahli studi penerjemahan asal Jerman, pada sebuah rumusan petunjuk penerjemahan ( translation brief ). Rumusan ini bertujuan untuk memudahkan penerjemah dalam melaksanakan pekerjaannya dan memfokuskan ruang gerak penerjemah agar tetap memerhatikan tujuan awal penerjemahan. Penerjemah atau juru bahasa seringkali menghadapi beragam situasi yang menguji kemampuan beradaptasi dalam konteks komunikasi. Pemberi kerja biasanya mengharapkan agar terjemahan bisa sesuai dengan tujuan awal tugas penerjemahan. Penyesuaian terhadap tujuan ini kerap terlupakan karena kurangnya pengetahuan mengenai keadaan kepada siapa teks hasil terjemahan tersebut akan disampaikan. Kita ambil contoh sederhana misalnya penerjemahan sebuah draf sambutan yang awalnya ditujukan untuk orang dewasa. Namun, target audiens untuk teks terjemahan berubah menjadi anak-anak. Pada awal sambutan terdapat kata-kata “ ladies and gentlemen ”, p

Teori Skopos dalam Studi Penerjemahan

Penilaian atas kualitas suatu terjemahan seringkali terlalu disederhanakan. Suatu teks hasil proses penerjemahan kerap dianggap baik hanya ketika teks tersebut ekuivalen atau setara dengan teks sumbernya. Validitas hasil suatu terjemahan diukur hanya berdasarkan tingkat keterwakilan teks terjemahan atas teks sumbernya. Dengan kata lain, keberhasilan proses penerjemahan dapat dikatakan tercapai ketika struktur sintaksis TSu (teks sumber) tidak jauh berbeda dengan TSa (teks sasaran), pengalihan unsur semantik dari TSu ke dalam TSa masih dalam koridor yang setara bahkan sama persis, atau sederhananya tidak ada perubahan signifikan antara TSu dan Tsa. Stereotip penilaian kualitas penerjemahan dengan standar tersebut mulai ditentang oleh para ahli pada akhir tahun 1970-an seiring dengan berkembangnya minat penelitian bidang penerjemahan. Sudut pandang penilaian kualitas terjemahan berubah ke arah yang lebih kompleks. Namun, para ahli tidak serta merta mengabaikan konsep penilaian tradis

Teknik Penerjemahan: Modulasi

Setiap bahasa memiliki aspek sosial yang memengaruhi proses terbentuknya sebuah bahasa. Latar belakang budaya yang berlaku pada suatu kelompok penutur suatu bahasa akan menciptakan sebuah bahasa yang unik dan dipahami oleh penutur dalam lingkup sosial tersebut. Ilmu linguistik sendiri memberikan sebuah porsi khusus untuk penelitian dalam bidang ini, yakni sosiolinguistik. Perbedaan sosial dan budaya setiap bahasa menimbulkan permasalahan baru dalam komunikasi antarbudaya. Terlepas dari perbedaan fundamental setiap bahasa, konteks tuturan juga akan memengaruhi ketersampaian pesan dari suatu bahasa ke bahasa lain. Perhatikan contoh di bawah ini: “ Hei , jangan besar pasak daripada tiang!” Apakah kita sebagai orang Indonesia akan menyampaikan kalimat di atas kepada orang Amerika secara harfiah? Jika iya, apakah pesannya akan tersampaikan? Tentu tidak, pesan yang terkandung dalam kalimat di atas hanya akan dapat dipahami oleh penutur bahasa Indonesia. Lantas, bagaimana caranya menya

Teknik Penerjemahan: Transposisi

Penerjemahan yang baik adalah penerjemahan yang membuat nyaman pembaca teks terjemahan. Nyaman dalam konteks ini adalah ketika teks terjemahan dapat mengalir dengan baik dan tidak terasa seperti sebuah terjemahan. Sebagai seorang penerjemah, insting seperti ini harusnya sudah melekat dengan baik dalam diri penerjemah. Dengan demikian, ketika mengerjakan sebuah pekerjaan terjemahan, target penerjemah adalah bagaimana membuat pembaca merasa teks yang kita terjemahkan seperti sebuah teks asli dalam bahasa sasaran. Pada akhirnya, mereka tidak sadar kalau teks yang mereka baca adalah hasil dari sebuah proses penerjemahan. Jika hal ini tercapai, penerjemah dianggap berhasil. Ada banyak cara untuk menghasilkan terjemahan yang nyaman dan berterima. Proses olah kalimat baik pada tataran sintaksis dan semantis dalam bahasa sasaran bisa digunakan. Namun, penerjemah tidak bisa seenaknya mengubah teks sasaran tanpa melihat konteks dan makna teks sumber. Oleh karena itu, ada batasan-batasan

Teknik Penerjemahan: Kalke (Calque)

Calque merupakan teknik penerjemahan dengan cara meminjam kata atau frasa dari bahasa sumber dan mengalihbahasakannya ke dalam bahasa sasaran secara harfiah atau diterjemahkan kata per kata. Kata calque berasal dari bahasa Prancis yang berarti imitasi atau menyalin. Menerjemahkan secara calque pada dasarnya adalah mengambil makna kata dari bahasa sumber dan membungkusnya dengan kata yang sepadan dalam bahasa sasaran. Pembentukan kata serapan dengan metode calque sangat sering digunakan oleh praktisi penerjemahan. Proses pengembangan atau penambahan kosa kata baru dalam kamus pun biasanya menerapkan metode ini. Walaupun demikian, pada kenyataannya istilah calque tidak terlalu sering digunakan untuk merujuk teknik penerjemahan dengan cara seperti ini. Metode ini biasanya digunakan ketika tidak ditemukan istilah yang sepadan dalam bahasa sasaran. Untuk dapat menggunakan metode calque , penutur bahasa sasaran harus memahami secara baik konteks istilah dalam bahasa sumber sebelum m

Teknik dan Metode Penerjemahan (Stylistique Comparée)

Dalam penerjemahan, pokok permasalahan utama yang dihadapi penerjemah adalah bagaimana cara menyampaikan suatu teks sasaran yang setara dengan konteks dan gaya bahasa teks sumber. Bertolak dari sinilah, dua orang ahli linguistik berkebangsaan Prancis, Vinay dan Darbelnet, mengembangkan sebuah metode atau prosedur penerjemahan yang berfokus pada ekuivalensi atau kesetaraan antara bahasa sumber dengan bahasa sasaran. Konsep ini dituangkan dalam sebuah buku berjudul Stylistique Comparee du Francais et de l'Anglais yang diterbitkan pada tahun 1958. Vinay dan Darbelnet mengelompokkan metode penerjemahan sebagai berikut: 1. Emprunt Pemakaian leksem dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran tanpa perubahan ortografi dan isi. Mis: detail, internet, radio, unit. Selain itu, pada tataran lebih lanjut terdapat juga proses naturalisasi kosa kata bahasa asing ke dalam bahasa sasaran. Proses ini melibatkan penyesuaian ortografi dan pelafalan kosa kata pinjaman yang disesuaikan dengan po

Menelaah Teori Pergeseran Terjemahan (Translation Shift)

Gambar
“Time travel is impossible.” (Penjelajahan waktu tidak mungkin dilakukan.) Siapa bilang kita tidak bisa menjelajahi waktu? Saat ini sudah ada beberapa teori yang terus dikembangkan agar manusia dapat menjelajahi waktu. Berbagai bidang keilmuan dilibatkan untuk memecahkan teka-teki ini mulai dari fisika kuantum hingga filsafat. Eits , tunggu dulu! Bukan perkara itu yang ingin saya bahas dalam tulisan kali ini. Saya ingin kita kembali mengamati dua kalimat pembuka di atas. Keduanya menyampaikan makna yang sama, tetapi dalam dua bahasa yang berbeda serta susunan penyusun kalimat yang berbeda. Sebelum kita membahas hal ini, perlu diingat bahwa di sini kita tidak membicarakan mengenai benar atau tidaknya terjemahan kalimat di atas, melainkan analisis perubahan tataran struktur gramatika dalam teks sumber (TSu) dan teks sasaran (TSa). Oleh karena itu, contoh TSu dan TSa yang dipilih adalah teks yang menampilkan perbedaan signifikan untuk mempermudah pemahaman kita. Mari kita bon